FAKTA MENANTI KEADILAN, TUTUP MENI POLITIK, PENDIKAN BUKAN KOMODITI
Guru Tidak tetap (GTT) dengan cucuran keringat dan berpikiran keras tunduk megabdi untuk Negeriku tercinta.
Oleh : Taufiqurrahman, S.Pd
Guru SMAN 1 Labuapi Lombok Barat-NTB
Nurani sang guru tidak tetap (GTT), fakta hari ini mengungkap entri pendataan banyak dilakukan berbagai upaya positif pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik (Guru) dari program sertifikasi dan banyak sekali pendataan tunjangan-tunjangan lainnya untuk kesejahteraan guru, seperti tunjangan fungsional, tunjangan kualifikasi pendidikan, dan insentif, UNPTK sebagai nomor urut prosentase Nasional dan sebagai dasar pengambilan kebijakan pemerintah, waktu sekarang denyut nadi saya seakan udah tibah waktunya guru tidak tetap (GTT) diangkat menjadi CPNS melalui entri pendataan data base dengan dasar UNPTK dan masa megabdi, timbul pertanyaan: lalu bagaiman dengan guru honorer yang sudah sertifikasi sejak tahun 2007 lalu apa tidak diprioritaskan?, tunggu tergelitik nurani keadilan. Di mana-mana kenestapaan relung hati sang guru tidak tetap (GTT) bak tersayat sembilu cobaan, resah dan gelisah menjamu pikirannya seakan guratkan kata, seperti apakah sentuhan jemari pemerintah untuk menghadirkan kesan sang guru tidak tetap tidak di anak tirikan sistem, ada pertanyaan muncul dalam benak sang guru tidak tetap! kapankah waktunya kami dianak emaskan? Simpel jawabanya : Tunggu hati penguasa tergelitik nurani keadilan, dalam memikirkan kejelasan nasib dan menanti perhatian pemerintah untuk perbaikan nasib dan kejelasan profesi. Sang guru dan pagawai tidak tetap menanti segudang harapan kepastian dan regalitas sang guru tidak tetap, apa yang terjadi selama ini guru tidak tetap dan pagawai tidak tetap di pandang sebelah mata, di anak tirikan sistem, terkadang tertindas haknya sebagai guru, dikeluarkan dari sekolah tempat mereka mengabdi dengan alasan inilah, itulah kemana hati para penguasa penentu kebijakan membiarkan nasib guru sebagai orang kunci dan sebagai regenerasi masa akan datang.
Masalah kesejahteraan guru merupakan masalah kompleks dan mendasar dalam dunia pendidikan kita. Bukan hanya status kepegawaian yang tak jelas, penghasilan guru tidak tetap pun amat rendah sehingga banyak guru honorer tak mampu membiayai keluarga dan menyekolahkan anak mereka. Nasib guru tidak tetap sungguh pilu. Mengapa pemerintah tak berdaya menyelesaikan masalah kesejahteraan dan kepegawaian guru tidak tetap? Sejauh mana Undang- Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mampu mendorong pemerintah meningkatkan profesionalitas dan kesejahteraan para guru?
Meski demikian, siapapun orangnya, siapapun gurunya GTT atau PNS dari manapun gurunya tidak dapat menyangkal mutu pendidikan tidak dapat dilepaskan dari guru. Guru menjadi faktor pertama dan penentu keberhasilan proses implementasi suatu pembaharuan kebijakan pendidikan, usaha inovasi atau program peningkatan mutu pendidikan dan demokratisasi pendidikan.
Pesatnya perkembangan ekonomi dan sosial ke depan tentu menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan dan guru. Guru masa datang harus memiliki kompetensi yang lebih profesional ketimbang eksistensi mereka saat ini. Tantangan ini jelas merupakan kenyataan yang tidak mudah bagi dunia pendidikan Indonesia , mengingat begitu banyaknya problematika guru dari mulai tingkatkesejahteraannya, kompetensi, profesionalitas, dan visi yang harus mereka tuju.
==================================================================
SENANG BUKAN SYARAT TENANG
Kalimat senang dan tenang mungkin sebagian kita menganggap satu paket yang selalu bergandengan, kenyataan hidup kebanyak orang merasakan beda, orang kaya raya punya banyak duit, tingal di banglo besar dan megah, kekayaan berlimpahrua tentu senang tapi belum tentu tenang. Dalam abjad rumi, huruf s dan t berjiran, tapi bila jadi perkataan senang dan tenang, bunyinya boleh membuat orang yang baru belajar Bahasa Melayu atau orang pekak "confuse". Sebenarnya pakar bahasa Melayu dan orang yang tak pekak pun selalu "confuse" tentang dua perkataan nie. Buktinya, ramai orang mencari senang untuk mendapat tenang tak kira tau cakap Melayu atau tak kira telinga pekak atau sedangkan senang bukan syarat tenang.
Orang tinggal di banglo besar, kita kata dia orang senang-tapi tak semua orang di banglo besar hidupnya tenang. Sebab itu pasang alat penggerak dan ada juga yang mengupah pak Galak untuk mengawasi rumahnya. Bukan karena senang tapi karena tak tenang. Takut dan bimbang setiap masa kalau waktu kita masuk ikut pintu depan, pencuri dan penyamun masuk ikut pintu belakang.
Buat dosa juga senang, tapi side-effectnya membuat hati jadi tak tenang, resah gelisah. Kerja mengantar orang misalnya, boleh dibuat dengan senang. Gerakkan lidah, betulkan makhraj dan keluarkan bunyi dari mulut. Tapi lepas tu.... hati dilanda serba salah dan serba tak tenang.Yang payahnya, orang nampak tenang dengan senang. Tenang tu berharga....perkara berharga tidak akan dapat dimiliki dengan bersenang-senang. Mengunyah agar-agar pun berpuluh-puluh otot yang perlu bekerja!
Senang itu nampak di mata sedangkan tenang dirasakan oleh hati. Banglo besar boleh dilihat dengan mata, kereta besar boleh dilihat dengan mata, banyak orang yang senang boleh dilihat dengan mata....segala yang berbentuk lahir dapat dilihat dengan mata atau disentuh oleh pancaindera. Tapi tenang hanya dapat dirasai oleh hati.
Bila hati tenang, tempat yang sempit terasa lapang....tapi bila hati resah, padang bola pun terasa menghimpit seperti lif yang penuh sesak. Tenang hanya dapat dimiliki dengan zikrullah mengingati Allah. Bila sebut zikrullah, kita selalu bayangkan duduk ditikar sembahyang dan baca ayat zikir berjam-jam. Sebab itu kita merasa pelik kalau dikatakan zikrullah boleh buat hati tenang. Kerana ramai orang yang dah berzikir tapi tetap tak tenang. Di mana salah dan silapnya?
Tenang itu dirasa oleh hati, oleh itu kalau zikrullah hanya disebut dimulut. hati tak akan terkesan. Zikrullah dengan hati, memahaminya dan menghayati....mengingati Allah alam setiap detik perjalanan hidup-itulah hakikat zikrullah. Kalau sekadar membaca " Alhamdulillah " beribu kali tapi hati tak ingat ALlah itu dikatakan berzikir, maka silap tekaan kita.Sekadar baca ayat zikir, rasanya burung kakak tua pun boleh buat kalau dilatih tiap-tiap hari.
Hanya hati yang bergantung sepenuhnya dengan Allah dapat merasa nikmat tenang. Bagaimana boleh tenang kalau lidah menyebut "Alhamdulillah " tapi hati berkata " Tak patut Allah tak makbulkan doa aku". Bila ingat Allah ketika susah, Allah akan berikan ketenangan.Bila lupa Allah ketika senang, Allah cabut rasa tenang di hati.Bila ingat Allah diwaktu susah dan senang, hati tetap tenang. Lebih baik dapat tenang daripada senang. Tapi kalau dapat dua-dua lagi OK!!!!